Senin, 22 Juni 2015

Asal Mula Kehidupan di Bumi


BAB I
PENDAHULUAN


   A.    Latar Belakang Masalah
Seperti yang telah kita ketahui bahwa zaman modern ini makhluk hidup khususnya manusia telah mempelajari berbagai macam Ilmu Pengetahuan Alam. Akan tetapi pada tahap pembelajarannya manusia selalu mendapatkan masalah dan perbedaan pendapat mengenai sesuatu yang dipelajarinya, yaitu dalam hal mempelajari Asal Usul Kehidupan di Bumi yang menjadi permasalahan sejak berabad-abad tahun yang lalu hingga sekarang. Banyak terdapat teori atau paham-paham yang dikemukakan oleh para ilmuan mengenai hal ini. Namun semuanya belum dapat memberikan jawaban yang pasti. Sebenarnya sudah sejak jaman yunani kuno manusia berusaha memberikan jawaban terhadap asal usul kehidupan di bumi namun jawaban itu umumnya hanya dongeng atau mitos. Oleh karena itu, melalui makalah ini akan disampaikan beberapa teori asal usul kehidupan di bumi sebagai bahan kajian untuk mengenal lebih jauh sejarah awal mula kehidupan di dunia, dengan harapan kita akan lebih memahami tentang asal usul kehidupan di bumi.

   B.     Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini penulis akan membatasi masalahnya yaitu:
1.         Bagaimana asal usul kehidupan di bumi?
2.         Kapan mulai ada kehidupan di bumi?
3.         Bagaimana asal usul kehidupan menurut teori-teori kehidupan yang telah ada ?

C.    Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu diharapkan baik penyusun maupun pembaca dapat lebih memahami dan menerapkan Ilmu yang akan dibagi dalam makalah ini dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga baik penyusun maupun pembaca dapat menjadi contoh yang baik bagi lingkungannya. Serta untuk melengkapi uji kompetensi mata kuliah Ilmu Kealaman Dasar.

  D.    Manfaat Pembahasan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar semua pihak mengetahui bagaimana asal usul kehidupan di bumi serta teori tentang asal usul kehidupan di bumi

BAB II
PEMBAHASAN


   A.    Asal Mula Kehidupan di Bumi
Awal mulanya dunia hanya sebatas planet yang kosong dan lama kelamaan dunia penuh dengan makhluk – makhluk yang menempati bumi dan mulailah terjadi kehidupan di dunia. Sejarah kehidupan dibumi dapat diungkap melalui fosil. Fosil telah menjadi bukti yang paling kuat untuk menjelaskan tentang kejadian makroevolusi. Makroevolusi merupakan perubahan dalam skala besar diatas tingkatan spesies yang berlangsung dalam jangka waktu yang sangat lama. Kebanyakan fosil ditemukan tertanam dalam batuan sedimen. Melalui prose alami yang panjang, sedimen-sedimen dapat tersusun secara berlapis-lapis membentuk strata (tingkatan). Setiap lapisan strata, disebut catatan fosil berguna bagi ilmuwan untuk menjelaskan sejarah kehidupan dibumi. Studi kasus yang mempelajari catatan fosil disebut paleontology.
Sedangkan bumi kita dahulu terbentuk dalam keadaan hangat dan pijar yang secara perlahan – lahan bumi mengadakan kondensasi atau lebih dingin sehingga pada suatu saat terbentuklah kerak atau kulit bumi. Bagian yang berbentuk cair membentuk samudera atau hidrosfer, sedangkan bagian yang berbentuk gas disebut atmosfer dan yang berbentuk padat disebut litosfer. Lapisan bumi yang dihuni oleh berbagai makhluk hidup melangsungkan kehidupannya disebut biosfer. Dalam kehidupan makhluk hidup tersebut, terbentuk suatu sistem hubungan antara makhluk hidup dengan materi dan energi yang mengelilinginya.
Banyak terdapat teori maupun paham-paham yang dikemukakan oleh para ilmuan mengenai teori awal mula kehidupan di dunia. Namun semuanya belum dapat memberikan jawaban yang pasti. Sebenarnya sudah sejak zaman Yunani Kuno manusia berusaha memberikan jawaban terhadap awal mula kehidupan di muka bumi. Namun, jawaban itu umumnya hanya berupa dongeng atau mitos belaka. Berikut ini dikemukakan beberapa teori-teori awal mula makhluk hidup di dunia, sebagai bahan kajian kita untuk mengenal lebih jauh sejarah awal mula kehidupan di dunia.

   B.     Kapan Mulai Ada Kehidupan di Bumi
Usia Bumi kurang lebih adalah 3000 juta tahun, namun hadirnya kehidupan diatas bumi barulah sekitar 2000 tahun, dan berawal dari makhluk yang sangat sederhana. Hal itu diketahui berdasarkan penelitian dan analisis dengan menggunakan metode perbandingan zat radioaktif dengan zat hasil seluruhnya. Dengan metode itu pula diperkirakan bahwa bumi telah membentuk batuan sejak 5 ribu juta tahun yang lalu. Dari penelitian berbagai penelitian terdapat batuan yang berumur 3,5 juta tahun yang telah menunjukan tanda - tanda kehidupan atau fosil.

   C.    Teori Asal Mula Kehidupan di Bumi
Kita mengenal beberapa teori tentang asal mula kehidupan. Perlu diketahui bahwa teori yang dikemukakan para ahli tidak terlepas dari cara penalaran seseorang dari zaman ke zaman, oleh karena itu ada beberapa teori yang agak kurang tepat kedengarannya. Namun sebaliknya, ada beberapa teori yang benar bila ditinjau dari segi logika. Berikut beberapa teori tentang dari mana asal kehidupan di Bumi :
1.      Teori Abiogenesis (Generatio Spontanea)
Menurut istilah abiogenesis dibagi menjadi 3 sub kata “a” yang artinya tidak, ‘’bio’’ yang artinya hidup, ‘’genesis’’ yang artinya pembentukan. Jadi dapat kita simpulkan bahwa teori abiogenesis adalah kehidupan asal mula makhluk hidup adalah dari benda mati dan terjadi begitu saja / secara spontan yang disebut dengan generation spontanea. Bila pengertian abiogenesis dan generation spontanea digabung, maka konsepnya menjadi: makhluk hidup yang pertama kali di bumi berasal dari benda mati / tak hidup yang terjadinya secara spontan. Tokoh pencetus teori ini yaitu Aristoteles, Antonie Van Leuwehoek, dan John Needham.
Teori yang dikemukakan Aristoteles ini menyatakan bahwa makhluk hidup tercipta dari benda tak hidup yang berlangsung secara spontan (generatio spontanea). Misalnya cacing dari tanah, ikan dari lumpur, dan sebagainya. Teori ini dianut oleh banyak orang selama beberapa abad. Aristoteles (384-322 SM), adalah seorang filsuf dan tokoh ilmu pengetahuan Yunani Kuno. Sebenarnya dia mengetahui bahwa telur-telur ikan yang menetas akan menjadi ikan yang sifatnya sama seperti induknya. Telur-telur tersebut merupakan hasil perkawinan dari induk-induk ikan. Walau demikian, Aristoteles berkeyakinan bahwa ada ikan yang berasal dari Lumpur.
Teori abiogenesis bertahan cukup lama, yaitu semenjak zaman Yunani Kuno (ratusan tahun sebelum Masehi) hingga pertengahan abad ke-17, dimana Antonie Van Leeuwenhoek menemukan / menciptakan mikroskop sederhana yang dapat digunakan untuk mengamati makhluk-makhluk aneh yang amat kecil yang terdapat pada setetes air rendaman jerami. Antonie van Leeuwenhoek melihat adanya mikroorganisme (animalculus) di dalam air rendaman jerami. Temuan ini seolah-olah menguatkan teori Abiogenesis. Para ilmuwan yang mendukung teori Abiogenesis menyatakan bahwa mikroorganisme itu berasal dari jerami yang membusuk. Akan tetapi, Leeuwenhoek menolak pernyataan itu dengan mengemukakan bahwa mikroorganisme itu berasal dari udara.
Kemudian pada tahun 1700 pendukung lain dari teori Abiogenesis ialah seorang ilmuwan dari Inggris bernama Jonh Nedham. Ia melakukan penelitian dengan merebus kaldu dalam wadah selama beberapa menit yang kemudian ditutup dengan gabus. Setelah beberapa hari, terdapat bakteri dalam kaldu tersebut. Nedham berpendapat bahwa bakteri berasal dari kaldu.
Para penganut abiogenesis tersebut di atas dalam menarik kesimpulan sebenarnya terdapat kelemahan, karena mereka belum mampu melihat benda yang sangat kecil (bakteri, kista, ataupun telur cacing) yang terbawa dalam materi percobaan yang digunakan. Hal ini karena pada zaman Aristoteles belum ditemukan alat untuk itu (mikroskop). Walaupun ada kelemahan pada percobaan, tetapi cara berpikir dalam mencari jawaban mengenai asal usul kehidupan di bumi ini sudah mengacu pada pola metode ilmiah.
2.      Teori Biogenesis
Teori abiogenesis disanggah oleh teori biogenesis sejak abad ke-19. Teori biogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup. Teori biogenesis dikemukakan oleh Fransisco Redi, Louis Pasteur, dan Lazzaro Spalanzani. Francesco Redi merupakan orang pertama yang melakukan penelitian untuk membantah teori Abiogenesis.
a.       Percobaan Francesco Redi (1626 - 1697)


Francesco Redi adalah seorang dokter Italia. Dia melakukan percobaan untuk menunjukkan bahwa ulat tidak muncul dengan sendirinya pada daging yang membusuk, melainkan berasal dari telur lalat.
Pada percobaannya yang pertama tahun 1668, Redi menggunakan dua kerat daging segar dan dua toples. Toples I diisi dengan sekerat daging dan ditutup rapat-rapat.
Sedangkan, toples II diisi dengan kerat daging dan dibiarkan terbuka.Setelah beberapa hari, keadaan daging pada kedua toples tersebut diamati. Hasilnya, pada toples II daging telah membusuk dan di dalam daging terdapat banyak larva.
Francesco Redi menyimpulkan bahwa larva bukan berasal dari daging yang membusuk, tetapi berasal dari lalat yang masuk kemudian bertelur pada kerakan daging dan telur tersebut menetas menjadi larva. Hasil percobaan ini mendapat sanggahan dari para ilmuwan pengikut teori abiogenesis. Sanggahan tersebut adalah kehidupan pada toples I tidak dapat terjadi karena toples tersebut tertutup sehingga tidak ada kontak dengan udara. Akibatnya, tidak ada daya hidup di dalamnya.
Untuk menjawab sanggahan tersebut, Francesco Redi melakukan percobaan kedua, yaitu meletakkan daging pada toples tertutup kain kasa sehingga masih terjadi hubungan dengan udara, tetapi lalat tidak dapat masuk. Hasil percobaan menunjukkan bahwa keratan daging membusuk, pada daging ini ditemukan sedikit larva, dan pada kain kasa penutupnya ditemukan lebih banyak larva. Francesco Redi berkesimpulan larva bukan berasal dari daging yang membusuk, tetapi berasal dari lalat yang hinggap di kain kasa untuk bertelur dan beberapa telurnya jatuh pada daging.
b.      Percobaan Lazzaro Spallanzani (1729 - 1799)


Lazzaro Spallanzani adalah seorang ilmuwan asal Italia. Percobaan Spallanzani pada prinsipnya sama dengan percobaan Francesco Redi, tetapi bahan yang digunakan adalah air kaldu.
Labu I : diisi 70 cc air kaldu, kemudian dipanaskan dan dibiarkan terbuka. Labu II : diisi 70 cc air kaldu, kemudian ditutup rapat dengan sumbat gabus, lalu dipanaskan dan pada daerah pertemuan gabus dengan mulut labu dapat diolesi lilin agar lebih rapat. Kedua labu itu ditempatkan di tempat terbuka dan didinginkan.
Setelah beberapa hari kemudian, hasil percobaan menunjukkan bahwa: Labu I : terjadi perubahan, air kaldu menjadi keruh dan berbau tidak enak, serta banyak mengandung mikroba.
Labu II : tidak ada perubahan sama sekali, air tetap jernih dan tanpa mikroba. Tetapi, bila dibiarkan terbuka lebih lama terdapat banyak mikroba.
Dengan mikroskop tampak bahwa pada kaldu yang berasal dari labu I dan labu II terdapat mikroorganisme. Lazzaro Spallanzani menyimpulkan bahwa timbulnya kehidupan hanya mungkin jika telah ada kehidupan sebelumnya.
Jadi, mikroorganisme tersebut telah ada dan tersebar di udara. Pendukung abiogenesis menyatakan keberatan terhadap hasil eksperimen Lazzaro Spallanzani, sebab udara diperlukan untuk berlakunya generation spontanea. Sedangkan, paham biogenesis beranggapan bahwa udara itu merupakan sumber kontaminasi.
c.       Percobaan Louis Pasteur (1822 - 1895)



Orang yang memperkuat teori Biogenesis dan menumbangkan teori Abiogenesis hingga tak tersanggahkan lagi adalah Louis Pasteur seorang ahli biokimia berkebangsaan Perancis. Louis Pasteur melakukan percobaan penyempurnaan dari percobaan yang dilakukan Lazzaro Spallanzani. Pada percobaannya, Louis Pasteur menggunakan air kaldu dan tabung berleher angsa. Percobaannya adalah sebagai berikut:
1)      Air kaldu dimasukkan ke labu berleher angsa. Labu ini digunakan dengan tujuan untuk menjaga adanya hubungan antara labu dengan udara luar. Selanjutnya, labu dipanaskan untuk mensterilkan air kaldu dari mikroorganisme.
2)      Setelah dingin, labu ditempatkan pada tempat yang aman. Karena bentuk pipa seperti angsa, udara dari luar dapat masuk ke dalam labu dan menempel di dasar lehernya.
Sehingga udara yang masuk ke dalam labu adalah udara yang steril. Jadi, dalam percobaan ini masih ada daya hidup seperti yang dipersoalkan penganut paham Abiogenesis. Setelah dibiarkan beberapa hari, air kaldu tetap jernih dan tidak mengandung mikroorganisme.
3)      Labu yang berisi air kaldu jernih, kemudian dipecahkan lehernya sehingga air kaldu bersentuhan dengan udara luar secara langsung.  Setelah beberapa hari dibiarkan, air kaldu menjadi busuk dan banyak mengandung mikroorganisme.
Kesimpulan percobaan Louis Pasteur adalah mikroorganisme yang ada pada air kaldu bukan berasal dari cairan (benda tak hidup), melainkan dari mikroorganisme yang terdapat di udara. Mikroorganisme yang ada di udara masuk ke dalam labu bersama-sama dengan debu.
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, tumbanglah Teori Abiogenesis dan muncul Teori Biogenesis yang menyatakan bahwa:
a)      Omne vivum ex ovo, artinya setiap makhluk hidup berasal dari telur.
b)      Omne ovum ex vivo, artinya setiap telur berasal dari makhluk hidup.
c)      Omne vivum ex vivo, artinya setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup juga.
3.      Teori Evolusi Biokimia

Teori ini mencoba menggali informasi asal usul makhluk hidup dari sisi biokimia. Menurut Alexander Oparin dalam bukunya yang berjudul The Origin of Life (1936) menyatakan bahwa asal mula kehidupan terjadi bersamaan dengan evolusi terbentuknya bumi beserta atmosfernya. Alexander Oparin adalah ahli evolusi molekular berkebangsaan Rusia. Alexander Oparin menjelaskan bahwa pada mulanya atmosfer bumi purba terdiri atas metana (CH4), amonia (NH3), uap air (H2O), dan gas hidrogen (H2). Oleh karena adanya pemanasan dan energi alam, berupa sinar kosmis dan halilintar, gas-gas tersebut mengalami perubahan menjadi molekul organik sederhana, sejenis substansi asam amino.
Selama berjuta-juta tahun, senyawa organik itu terakumulasi di cekungan perairan membentuk primordial soup, seperti semacam campuran materi-materi di lautan panas. Tahap selanjutnya, primordial soup ini membentuk monomer. Monomer bergabung membentuk polimer. Polimer membentuk agregasi berupa protobion. Protobion adalah bentuk awal sel hidup yang belum mampu bereproduksi, tetapi mampu memelihara lingkungan kimia dalam tubuhnya. Di samping itu, protobion juga telah memperlihatkan sifat yang berhubungan dengan makhluk hidup, seperti dapat melakukan metabolisme, kemampuan menerima rangsang, dan bereplikasi sendiri. Terbentuknya polimer dari monomer-monomer telah dibuktikan oleh Sydney W. Fox. Dalam percobaannya, Fox memanaskan 18–20 macam asam amino pada titik leburnya dan didapatkan protein.
Pendapat Alexander Oparin mendapat dukungan dari ahli kimia Amerika Serikat, bernama Harold Urey. Harold Urey menyatakan bahwa atmosfer bumi purba terdiri atas gas-gas metana (CH4), amonia (NH3), uap air (H2O), dan gas hidrogen (H2). Dengan adanya energi alam (berupa halilintar dan sinar kosmis), campuran gas-gas tersebut membentuk asam amino.
Pada tahun 1953, seorang mahasiswa Harold Urey, yaitu Stanley Miller (USA) mencoba melakukan eksperimen untuk membuktikan kebenaran teori yang dikemukakan Harold Urey. Percobaannya itu juga dikenal dengan eksperimen Miller-Urey.
Stanley Miller menggunakan campuran gas yang diasumsikan terdapat di atmosfir bumi purba, yaitu amonia, metana, hidrogen, dan uap air dalam percobaannya. Oleh karena dalam kondisi alamiah gas-gas itu tidak mungkin bereaksi, Stanley Miller memberi stimulus energi listrik tegangan tinggi, sebagai pengganti energi alam (halilintar dan sinar kosmis). Stanley Miller mendidihkan campuran gas tersebut pada suhu 100oC selama seminggu. Pada akhir percobaan, Stanley Miller menganalisis senyawa-senyawa kimia yang terbentuk di dasar gelas percobaan dan menemukan 3 jenis dari 20 jenis asam amino.
Alat percobaan Miller-Urey Terdiri atas bagian yang berupa sebuah tabung tertutup yang dihubungkan dengan 2 ruangan. Ruangan atas berisi beberapa gas yang menggambarkan keadaan atmosfer bumi purba. Selanjutnya pada tempat ini diberi percikan listrik yang menggambarkan halilintar. Kondensor berfungsi untuk mendinginkan gas, menyebabkan terbentuknya tetesan-tetesan air dan berakhir pada ruangan pemanas kedua yang menggambarkan lautan. Beberapa molekul kompleks yang terbentuk di ruangan atmosfer, dilarutkan dalam tetesan-tetesan air ini dan dibawa ke ruangan lautan tempat sampel yang terbentuk diambil untuk dianalisis.
Keberhasilan percobaan Stanley Miller ini memunculkan hipotesis lanjutan tentang asal usul kehidupan. Para evolusionis menyatakan bahwa asam-asam amino kemudian bergabung dalam urutan yang tepat secara kebetulan untuk membentuk protein. Sebagian protein-protein yang terbentuk secara kebetulan ini menempatkan diri mereka pada struktur seperti membran sel yang diikuti pembentukan sel primitif. Sel-sel ini kemudian bergabung membentuk organisme hidup. Mereka menyebutnya sebagai evolusi biologi.
4.      Teori Evolusi Biologi
Hasil evolusi kimia yang berupa zat-zat organik adalah karbohidrat, lemak, protein, enzim, nukleotida, dan asam nukleat merupakan komponen pembentuk sel. Senyawa organik yang terbentuk di lautan tersebut dinamakan sop purba akan mengalami perubahan membentuk kaoservat. Dengan sifat-sifat kaoservat, maka akan berubah menjadi semacam sel primitif yang merupakan awal bentuk dari kehidupan. Selanjutnya, melalui proses evolusi akan berkembang menjadi jenis makhluk hidup yang lebih kompleks.
Proses evolusi biologi ini dimulai dari lautan menuju ke darat, sebab makhluk hidup yang berada di laut lebih sederhana daripada yang di darat. Dengan peristiwa mutasi, modifikasi, adaptasi, dan migrasi, kehidupan ini dapat dibuktikan bahwa hewan di laut akan menuju ke air tawar, kemudian masuk ke daratan. Bukti tersebut tampak pada:
                                                                               a.            Siklus katak dari air ke darat
                                                                              b.            Sisik pada ikan terdapat pula pada reptil dan kaki burung
5.      Teori Penciptaan (Special Creation)
Teori ini menyatakan bahwa makhluk hidup diciptakan oleh tuhan seperti apa adanya. Teori ini mengemukakan bahwa kehidupan yang ada di planet diciptakan oleh Tuhan. Teori ini diperoleh tidak berdasarkan eksperimen. Mereka mengungkapkan teori ini berdasarkan atas kejadian-kejadian gaib yang pernah dilihatnya. Kejadian gaib tersebut dianggap sebagai ciptaan Tuhan , seperti halnya bumi dan kehidupan yang ada di didalamnya juga diciptakan oleh-Nya. Dalam teori ini tidak disinggung mengenai asal-usul materi kehidupan. Tokoh pencetus teori ini yaitu George Cuvier dan Carolus Linneus.
6.      Teori Kosmozoan
Teori ini menyatakan makhluk hidup berasal dari “spora kehidupan” yang berasal dari ruang angkasa. Teori ini mengemukakan bahwa kehidupan di bumi diperkirakan berasal dari ruang angkasa. Hal yang mendasari teori ini adalah peyelidikan bahwa bahan yang terdapat pada batu meteor maupun batu komet yang jatuh ke bumi mengandung banyak molekul organic sederhana , misalnya cyanogens, asam hidrocyanida. Molekul-molekul organic tersebut ketika jatuh ke bumi menjadi benih kehidupan.
Menurut teori ini bukan hanya di bumi saja yang timbul kehidupan. Kehidupan dapat timbul sekali atau bebrapa kali di berbagai bagian galaksi dalam waktu yang berbeda. Tokoh pencetus teori ini yaitu Arrhenius (1911)

BAB III
PENUTUP


   A.    Kesimpulan
Asal usul kehidupan memang tidak mudah diungkapkan ataupun dibuktikan, banyak teori yang telah ada dengan alasan yang berbeda namun belum dapat dinyatakan benar tetapi sudah saling mendukung teori tersebut sehingga menganut kepercayaan terhadap suatu teori yang dianggap benar. Dengan adanya teori evolusi, asal usul kehidupan dapat diperhitungkan dengan teori evolusi biologi dan teori evolusi kimia sehingga dapat menjelaskan kepada kita tentang asal usul kehidupan.

   B.     Saran
Jagalah alam kita dari kerusakan alam seperti pembakaran hutan dan pemanasan global. Karena sesungguhnya alamlah yang memberikan kehidupan bagi kita semua makhluk hidup tanpa terkecuali. Apabila Alam kita hancur maka kehidupan di dunia akan hancur pula. Dan untuk memperoleh informasi yang tepat tentang asal usul kehidupan, kita harus mempelajari teori-teori yang lain juga sehingga bisa mengambil sesuatu yang penting untuk dipadukan dengan teori yang dianggap benar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar