BAHASA INDONESIA vs BAHASA ALAY PARA
REMAJA
(Indonesian Language vs Language Alay
Teenagers)
Lailatul Chusna
Universitas Abdurachman Saleh
Situbondo
Jalan.PB.Sudirman
No.7,Situbondo
Pos-el:lananana728@gmail.com
Abstrak
Penulis memilih membahas judul ini
bertujuan untuk memberikan pandangan kepada pembaca mengenai perkembangan
bahasa gaul (alay) yang sudah mulai menggeser keberadaan bahasa Indonesia
sebagai alat komunikasi. Kebenaran berbahasa akan berpengaruh terhadap kebenaran
informasi yang disampaikan. Pada kondisi tertentu, yaitu pada situasi formal
penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi prioritas utama. Penggunaan
bahasa seperti ini sering menggunakan bahasa baku. Kendala yang harus dihindari
dalam pemakaian bahasa baku antara lain disebabkan oleh adanya gejala bahasa
seperti interferensi, integrasi, campur kode, alih kode dan bahasa gaul yang
tanpa disadari sering digunakan dalam komunikasi resmi. Hal ini mengakibatkan
bahasa yang digunakan menjadi tidak baik. Berbahasa yang baik yang menempatkan
pada kondisi tidak resmi atau pada pembicaraan santai tidak mengikat kaidah
bahasa di dalamnya. Bahasa gaul merupakan salah satu cabang dari bahasa
Indonesia sebagai bahasa untuk pergaulan.
Kata Kunci : bahasa Indonesia, bahasa gaul (alay).
Abstract
The
writer chose to discuss this title aims to give a view to the reader about the
development of slang ( alay ) already started to shift the existence of the Indonesian
language as a tool of communication. Speaking the truth will impact on the truth
of the information provided. On certain conditions, which is in formal
situation the use of the Indonesian language right becomes main priority. The
use of language as is often using language raw. Obstacles to be avoided in
discharging raw language among other things caused by the symptoms of language
as interference, integration, intervening code, over the code and slang who
unwittingly often used in official communicatio .This resulted in the language used to not
good. Speaking good who puts on conditions are not officially or in a casual
conversation not binding the principle of thelanguage in it. Slang is one of
the branch of the Indonesian language as a language to promiscuity .
Keywords:
Indonesian language, Slang ( alay )
PENDAHULUAN
Alay adalah singkatan dari anak
layangan, alah lebay, anak layu atau Anak kelayapan yang menghubungkannya dengan
anak Jarpul (Jarang Pulang), tapi yang paling terkenal adalah anak layangan. Dominannya,
istilah ini menggambarkan anak yang menganggap dirinya keren secara gaya busananya.
Menurut Koentjaraningrat, alay adalah gejala yang dialami pemuda dan pemudi
bangsa Indonesia, yang ingin diakui statusnya di antara teman-temannya.
Gejala ini akan mengubah gaya
tulisan, dan gaya berpakaian, sekaligus meningkatkan kenarsisan yang cukup mengganggu
masyarakat pada umumnya. Seiring perkembangan zaman, penggunaan
bahasa Indonesia dengan baik dan benar pada masyarakat terutama pada kalangan
remaja secara perlahan mulai tidak tampak. Hal ini terjadi karena munculnya
modifikasi bahasa yang sering disebut dengan bahasa alay. Fenomena bahasa alay
memang tengah membius para remaja kita saat ini. Diharapkan sifat ini segera hilang, jika tidak akan
mengganggu masyarakat sekitar.
Bahasa alay itu sangat berbeda dari
bahasa biasanya. Awal mula kemunculan bahasa rumit ini tak lepas dari
perkembangan SMS (Short Message
Service) atau
layanan pesan singkat. Namanya pesan singkat, maka menulisnya jadi serba
singkat, agar pesan yang panjang bisa terkirim hanya dengan sekali SMS. Selain
itu juga agar tidak terlalu lama mengetik dengan tombol handphone yang
terbatas. Awalnya memang hanya serba menyingkat. Kemudian huruf-huruf mulai
diganti dengan angka, atau diganti dengan huruf lain yang jika dibaca kurang
lebih menghasilkan bunyi yang mirip.
Penggunaan bahasa sandi itu menjadi
masalah bila digunakan dalam komunikasi massa karena lambang yang mereka pakai
tidak dapat dipahami oleh segenap khayalak media massa atau dipakai dalam komunikasi
formal secara tertulis. Pesatnya perkembangan jumlah pengguna bahasa alay
menunjukkan semakin akrabnya generasi muda Indonesia dengan dunia teknologi
terutama internet.
Keberadaan
bahasa alay dianggap kaum muda sebagai alat komunikasi dalam pergaulan
sehari-hari. Baik lisan maupun tulisan, bahasa ini dianggap sebagia media
berekspresi. Namun, tanpa disadari lama kelamaan bahasa alay bisa mengancam
eksistensi bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan karena semakin beda dengan kaidah-kaidah bahasa yang baik dan
benar. Munculnya bahasa alay juga
menunjukkan adanya perkembangan zaman yang dinamis, karena suatu bahasa harus
menyesuaikan dengan masyarakat penggunanya agar tetap eksis.
Akan tetapi, munculnya bahasa alay
juga merupakan sinyal ancaman yang sangat serius terhadap bahasa Indonesia dan
pertanda semakin buruknya kemampuan berbahasa generasi muda zaman sekarang.
Dalam ilmu linguistik memang dikenal adanya beragam bahasa baku dan tidak baku.
Bahasa tidak baku biasanya digunakan dalam acara-acara yang kurang formal.
PEMBAHASAN
Perkembangan teknologi dan budaya asing saat ini sangat
berpengaruh dalam kehidupan kita sehari-hari. Terutama dalam kehidupan serta
pergaulan remaja. Dengan semakin majunya teknologi dan ditambah dengan pengaruh
budaya asing tersebut, maka akan mengubah sikap, perilaku serta kebiasaan
mereka. Hal tersebut tidak hanya mengubah gaya hidup, seperti cara berpakaian,
tetapi juga dapat mengubah cara seseorang (remaja) dalam berinteraksi serta berkomunikasi
dengan orang lain. Hal ini berkaitan dengan penggunaan bahasa.
Menurut Keraf dalam Smarapradhipa
(2005:1) bahwa bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa
simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Seiring dengan
berkembangnya zaman, maka munculah modifikasi bahasa atau dikenal dengan bahasa
alay. Bahasa alay merupakan bahasa sandi yang hanya berlaku dalam komunitas
Alay.
Fenomena bahasa alay menjadi
menarik, karena tidak semua orang mau menerima bahasa alay ini. Bahasa alay
sering digunakan oleh komunitas tersebut dalam SMS, atau status di Facebook dan
Twitter. Entah karena banyaknya orang yang memakai tulisan alay sehingga
berdampak banyak orang yang merasa terganggu sampai-sampai muncul grup anti alay
di Facebook. Menurut Pangabean (2006:17) menyimpulkan bahwa penggunaan bahasa
sandi itu akan menjadi masalah jika digunakan dalam komunikasi massa karena
lambang-lambang yang mereka pakai tidak dapat dipahami oleh segenap khalayak,
media massa atau dipakai dalam komunikasi formal secara tertulis.
Pada dasarnya ada dua hal utama yang
menjadi perhatian remaja, yaitu identitas dan pengakuan. Penulisan bahasa
dengan ciri khasnya bisa jadi pembentukan kedua hal di atas. Menurut Lina Meilinawati,
pengamat bahasa dari Fakultas Sastra Indonesia Unpad, ada dua hal alasan utama
remaja menggunakan bahasa tulis dengan ciri tersendiri (Alay), Pertama, mereka
mengukuhkan diri sebagai kelompok sosial tertentu, yaitu remaja. Yang kedua,
ini merupakan sebuah bentuk perlawanan terhadap dominasi bahasa baku atau
kaidah bahasa yang telah mapan. Artinya, remaja merasa menciptakan identitas
dari bahasa yang mereka ciptakan sendiri pula.
Remaja sebagai kelompok usia yang
sedang mencari identitas diri memiliki kekhasan dalam menggunakan bahasa tulis
di facebook. Ada semacam keseragaman gaya yang kemudian menjadi gaya hidup (lifestyle)
mereka. Remaja yang masih labil dan gemar meniru sangat mudah tertular dan
memilih menggunakan bahasa ini daripada menggunakan Bahasa Indonesia yang baik
dan benar. Apalagi ada anggapan bahwa bahasa ini adalah bahasa Gaul, sehingga
orang yang tidak menggunakannya akan dianggap ketinggalan jaman atau kuno.
Keberadaan bahasa Alay dianggap kaum
muda sebagai alat komunikasi dalam pergaulan sehari-hari. Baik lisan maupun
tulisan, bahasa ini dianggap sebagai media berekspresi. Namun, tanpa disadari,
lama kelamaan bahasa Alay bisa mengancam eksistensi bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan karena semakin jauh berbeda dengan kaidah-kaidah bahasa yang
baik dan benar.
Munculnya bahasa Alay juga merupakan
sinyal ancaman yang sangat serius terhadap bahasa Indonesia dan pertanda
semakin buruknya kemampuan berbahasa generasi muda zaman sekarang. Dalam ilmu
linguistik memang dikenal adanya beragam bahasa baku dan tidak baku. Bahasa
tidak baku biasanya digunakan dalam acara-acara yang kurang formal. Akan tetapi
bahasa Alay merupakan bahasa gaul yang tidak mengindahkan penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar . Kita ketahui bahwa bahasa Indonesia itu sudah
mulai dipenuhi oleh bahasa asing yang mungkin saja dapat merusak. Namun, kita
juga harus terbuka dengan hal-hal yang baru tapi tidak mengindahkan tatanan
bahasa yang baik dan benar.
Penggunaan bahasa Alay oleh para
remaja ABG
(Anak Baru Gede) dimaksudkan untuk menyingkat karakter agar efisien atau agar
para orang tua yang kebetulan memergoki mereka ketika tengah ber-SMS atau
mencuri kesempatan membuka hape anaknya menjadi pusing sendiri karena tidak
mengerti bahasa yang tertulis tersebut. Kalau setiap hari para remaja sudah biasa ber-SMS sampai
ratusan kali dengan menggunakan bahasa Alay terus-menerus, tidak mustahil
mereka menjadi linglung ketika harus menjawab soal bahasa Indonesia yang
mempunyai aturan baku tentang penggunaan huruf besar dan kecil, tanda-tanda
baca, dan lain-lain.
Masyarakat memiliki bermacam-macam pendapat
dalam menghadapi hal tersebut, ada yang menerima bahasa tersebut ada juga yang
merasa terganggu. Bagi mereka yang menerima bahasa Alay beralasan karena mereka
menganggap itu merupakan kreativitas. Jadi, biarkan saja kaum muda itu
menggunakan bahasa sandi mereka sendiri yang ditujukan kepada komunitas mereka
sendiri saja. Sedangkan bagi masyarakat lain yang merasa terganggu dengan
bahasa Alay, menganggap bahasa Alay sangat sulit dipahami demikian juga
penulisan dengan huruf Alay sangat menyulitkan bagi beberapa orang untuk
membacanya.
Dari data yang penulis dapat
ciri-ciri bahasa Alay, antara lain: 1. Menggunakan angka untuk menggantikan
huruf. Contoh: “t3m4n, b350k k1t4 p3r91 yuuk”, 2. Kapitalisasi yang sangat
berantakkan. Contoh:”tEmAn, bEsOk kItA pErGi YuUuK”, 3. Menambahkan “x” atau
“z” pada akhiran kata atau mengganti beberapa huruf seperti “s” dengan dua
huruf tersebut dan menyelipkan huruf-huruf yang tidak perlu serta merusak EYD
atau setidaknya bahasa yang masih bisa dibaca. Mengganti huruf “s” dengan “c”
sehingga seperti balita berbicara. Contoh: “nanti Aq xmx kamyu deeech”, “xory
ya, becok aQ gx bica ikut”.
Contoh-contoh yang telah disebutkan
di atas baru sedikit, ini artinya masih banyak lagi kata-kata yang termaksud di
dalamnya. Penggunaan bahasa Alay memiliki dampak yang positif dan negatif.
Dampak positif dengan digunakannya bahasa Alay adalah remaja menjadi lebih
kreatif. Terlepas dari menganggu atau tidaknya bahasa Alay ini, tidak ada
salahnya kita menikmati tiap perubahan atau inovasi bahasa yang muncul. Asalkan
dipakai pada situasi yang tepat, media yang tepat dan komunikasi yang tepat
juga.
Sedangkan dampak negatif bagi
kelangsungan bahasa Indonesia antara lain : 1. Masyarakat Indonesia tidak
mengenal lagi bahasa baku, 2. Masyarakat Indonesia tidak memakai lagi Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD), 3. Masyarakat Indonesia menganggap remeh bahasa
Indonesia dan tidak mau mempelajarinya karena merasa dirinya telah menguasai
bahasa Indonesia yang baik dan benar, 4. Dulu anak – anak kecil bisa
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tapi sekarang anak kecil
lebih menggunakan bahasa Gaul. Misalnya dulu kita memanggil orang tua dengan
sebutan ayah atau ibu, tapi sekarang anak kecil memanggil ayah atau ibu dengan
sebutan bokap atau nyokap, 5. Penulisan bahasa Indonesia menjadi tidak benar. Yang
mana pada penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar, hanya huruf awal saja
yang diberi huruf kapital, dan tidak ada penggantian huruf menjadi angka dalam
sebuah kata ataupun kalimat. Jika hal ini terus berlangsung,
dikhawatirkan akan menghilangkan budaya berbahasa Indonesia dikalangan remaja
bahkan dikalangan anak-anak. Karena bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi
Negara kita dan juga sebagai identitas bangsa.
Dampak negatif lainnya, bahasa Alay
dapat mengganggu siapapun yang membaca dan mendengar kata-kata yang termaksud
di dalamnya. Karena, tidak semua orang mengerti akan maksud dari kata-kata Alay
tersebut. Terlebih lagi dalam bentuk tulisan, sangat memusingkan dan memerlukan
waktu yang lebih banyak untuk memahaminya. Melihat dampak yang cukup
mencengangkan ini, diperlukan suatu minimalisir yang dilakukan untuk dampak negatif
penggunaan bahasa Alay tersebut yaitu : Yang pertama, sebaiknya guru-guru
bahasa Indonesia di sekolah lebih menekankan lagi bagaimana cara penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar menurut EYD
Yang kedua, mengurangi kebiasaan mengirim pesan singkat
dengan tulisan yang aneh dan terlalu disingkat-singkat. Disamping mudah
membacanya akan lebih efisien waktu dan tidak membuat si penerima pesan merasa
kebingungan membaca tulisan kita
Yang ketiga, banyak membaca tulisan
yang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Artinya di dalam buku
tersebut terdapat tulisan yang formalitas dan sesuai dengan kaidah yang
berlaku. Misalnya wacana, berita, ataupun informasi dalam surat kabar
Yang keempat, sebaiknya kita rajin
membaca KBBI. Karena banyak kosa kata bahasa Indonesia yang sudah banyak kita
lupakan. Ini adalah salah satu wujud bangga terhadap bahasa kita bahasa
Indonesia.
Dengan dibiasakannya diri seseorang
untuk menggunakan bahasa Alay, maka dapat menyulitkan dirinya sendiri. Bisa
dibuktikan dengan tingkat kelulusan SMA tahun ini. Banyak siswa-siswi SMA yang
tidak lulus. Bahkan ada beberapa sekolah yang siswanya tidak lulus semuanya.
Penyebab terjadinya di antaranya karena, keengganan mereka untuk membiasakan
diri menggunakan bahasa Indonesia. Mereka lebih senang menggunakan bahasa Alay,
karena lebih mudah dan merupakan bahasa yang lagi musim saat ini. Mereka gengsi
atau malu jika mereka tidak menggunakan bahasa tersebut.
PENUTUP
Tata bahasa Indonesia pada saat ini
sudah banyak mengalami perubahan. Masyarakat Indonesia khususnya para remaja,
sudah banyak kesulitan dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Perubahan tersebut terjadi dikarenakan adanya penggunaan
bahasa baru yang mereka anggap sebagai kreativitas. Jika mereka tidak
menggunakannya, mereka takut dibilang ketinggalan zaman atau tidak gaul. Salah
satu dari penyimpangan bahasa tersebut diantaranya adalah digunakannya bahasa
Alay.
Bahasa Alay secara langsung maupun
tidak telah mengubah masyarakat Indonesia untuk tidak mempergunakan bahasa Indonesia
dengan baik dan benar. Sebaiknya bahasa Alay dipergunakan pada situasi yang
tidak formal seperti ketika kita sedang berbicara dengan teman. Atau pada
komunitas yang mengerti dengan sandi bahasa Alay tersebut. Kita boleh
menggunakannya. Akan tetapi jangan sampai menghilangkan budaya berbahasa
Indonesia. Namun dengan demikian keberadaan bahasa Indonesia juga bisa teruji
dengan hal-hal yang baru sehingga bisa lebih menguatkan Bahasa Indonesia itu
sendiri.
Perkembangan zaman memang tidak
dapat kita di bendung, tapi sebagai pengikut yang bijak sepatutnya kita dapat
memilah mana yang baik ataupun yang tidak. Agar tidak merugikan kita sendiri ke
depannya. Kurangnya kesadaran untuk mencintai bahasa di negeri sendiri
berdampak pada tergilasnya atau lunturnya bahasa Indonesia dalam pemakaiannya
dalam masyarakat.
Salah satu kebijakan untuk tetap
melestarikan bahasa nasional adalah pemerintah bersama segenap lapisan
masyarakat menjunjung tinggi bahasa Indonesia agar tetap menjadi bahasa yang
dapat dibanggakan dan sejajar dengan bahasa-bahasa di seluruh dunia. Bahasa
Indonesia merupakan bahasa resmi negara kita dan juga sebagai identitas bangsa.
Untuk itulah, kita sebagai generasi muda, harus cermat dalam memilih serta
mengikuti trend yang ada. Jangan sampai merusak budaya bahasa kita sendiri.
Cintailah bahasa Indonesia !
DAFTAR PUSTAKA
Sofa.
2009. Penggunaan Ragam Bahasa Gaul Dikalangan Remaja, (online), [www.penggunaan-ragam-bahasa-gaul-dikalangan-remaja], diakses , 26 Oktober
2009
Pangabean,
Maruli. 2006. Bahasa Pengaruh dan Peranannya. Jakarta: Gramedia.
Santoso,
Kusno Budi. 1990. Problematika Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa.
Kompas,
5 Mei 2007. ”Fenomena Bahasa Alay”, hlm 12
Sofiah,I. 2012. Artikel Bahasa Indonesia vs Bahasa Alay,
(http://iendahyourlife.blogspot.com/2012/04/artikel-bahasa-indonesia-vs-bahasa-alay.html),
diakses, 25 Desember 2014
Tuga,D.N.L.
2014. Artikel Opini Bahasa Indonesia vs
Bahasa Alay Para Remaja,(http://novaltuga.blogspot.com/2014/07/artikel-opini-bahasa
indonesia-vs.html),
diakses, 25 Desember 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar