BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Negara Indonesia
adalah Negara berkembang di dunia yang terdiri dari ribuan pulau
,memiliki keanekaragaman budaya,suku,ras dan agama.Sebagai Negara yang majemuk
dan dan banyak memiliki perbedaan,menjadi kelebihan dan juga sekaligus
kelemahan yang jika perbedaan tersebut di kedepankan.
Dalam kamus besar bahasa
Indonesia istilah bermakna:kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan
makna konsep,proses ,keadaan,atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.di
samping kata istilah ada pula kata turunan istilah yang lain.
Atas dasar itu tidak heran
beberapa tahun terakhir ini di Indonesia muncul berbagai kata yang memiliki banyak
makna baru .
Untuk itu kita perlu
mengetahui dan memahami ilmu kebahasaan secara utuh.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah yang di maksud dengan istilah?
2.
Bagaimana proses pembentukan istilah?
3.
Macam-macam dari berbagai pembentukan istilah?
C.
Tujuan Pembahasan
1.
Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan istilah
2.
Untuk mengetahui bagaimana proses pembentukan istilah.
3. Untuk mengetahui macam-macam dari berbagai pembentukan
istilah.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Macam-Macam Konsep Dasar
1.
Definisi Istilah
Istilah ialah kata atau
gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan konsep, proses, keadaan, atau
sifat yang khas dalam bidang tertentu.
2.
Tata Istilah dan Tata Nama
Tata istilah ialah perangkat
peraturan pembentukan istilah dan kumpulan istilah yang dihasilkannya.Tata nama
istilah ialah perangkat peraturan penamaan beberapa cabang ilmu, seperti kimia
dan biologi beserta kumpulan nama yang dihasilkannya.
3.
Istilah Khusus
dan lstilah Umum
Istilah khusus ialah istilah
yang pemakiannya dan maknanya terbatas pada suatu bidang tertentu, sedangkan
istilah umum ialah istilah yang menjadi unsur bahasa yang digunakan secara
umum.
Contoh: Istilah
Khusus Istilah
umum
diagnosis daya
pidana penilaian
4.
Kata Dasar Peristilahan
Kata dasar peristilahan
ialah bentuk bahasa yang dipakai sebagai istilah dengan tidak mengalami
penurunan bentuk, atau yang dipakai sebagai alas istilah yang berbentuk
turunan.
Contoh: Kata
Dasar Bentuk Turunan
Impor Pengimpor
Ion Pengionan.
5.
Imbuhan Peristilahan
Imbuhan
peristilahan ialah bentuk yang ditambahkan pada bentuk dasar sehingga
menghasilkan bentuk turunan yang dipakai sebagai istilah.Imbuhan berupa awalan,
akhiran, dan sisipan atau gabungannya.
Misalnya: pen
+ cacah = pencacah lapis
+ an = lapisan
ke + jenuh
+ an = kejenuhan g + el +
igi = geligi
6.
Kata Berimbuhan Peristilahan
Kata berimbuhan peristilahan
ialah istilah (berbentuk turunan) yang terdiri atas kata dasar dan imbuhan.
Misalnya: bersistem
pemolimeran
pendakwaan tersinar-X
7.
Kata Ulang Peristilahan
Kata
ulang peristilahan ialah istilah yang berupa ulangan kata dasar seutuhnya atau
sebagiannya, dengan atau tanpa pengimbuhan dan perubahan bunyi.
Misalnya: Jari »jejari Kuning »kekuning-kuningan
Pohon »pepohonan Langit »langit-langit
8.
Gabungan Kata Peristilahan
Gabungan kata peristilahan
ialah istilah yang terbentuk dari beberapa kata.
Misalnya: angkatan
bersenjata daya angkut
komisaris
utama persegi panjang
pusat
listrik tenaga air
9.
Perangkat Kata Peristilahan
Perangkat
kata peristilahan ialah kumpulan istilah yang
dari bentuk yang sama, baik dengan proses penambahan, pengurangan,
maupun dengan proses penurunan kata.
Misalnya: -sorb
–erap
absorb serap
absorbate zat
terserap
B. Sumber
Istilah
1.
Kosakata Bahasa Indonesia
Kata
Indonesia yang dapat dijadikan bahan istilah ialah kata umum, baik yang lazim
maupun yang tidak lazim, yang memenuhi salah satu syarat atau lebih yang
berikut ini.
a.
Kata yang dengan tepat
mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang dimaksudkan,
seperti tunak (steady), telus (percolate), imak (simulate).
b.
Kata yang lebih singkat daripada
yang lain yang berujukan sama seperti gulma jika dibandingkan dengan tumbuhan
pengganggu, suaka (politik) dibandingkan dengan perlindungan (potitik).
c.
Kata yang tidak bernilai rasa
(konotasi) buruk dan yang sedap didengar (eufonik), seperti pramuria jika tidak
dibandingkan dengan hostes, tunakarya dibandingkan dengan penganggur.
Di samping itu, istilah
dapat berupa kata umum yang diberi makna baru atau makna khusus dengan jalan
menyempitkan atau meluaskan makna asalnya.
Misalnya: berumah
dua garam garis bapak
gaya hari jatuh hitung dagang
pejabat teras peka suaka politik
2.
Kosakata Bahasa Serumpun
Jika
di dalam bahasa Indonesia tidak ditemukan istilah yang dengan tepat dapat
mengungkapkan konsep, proses, keadaan, atau sifat yang dimaksudkan, maka
istilah dicari dalam bahasa serumpun, baik yang lazim maupun yang tidak lazim.
Misalnya: Istilah yang lazim Istilah
yang tidak lazim atau sudah kuno
gambut (Banjar) gawai (Jawa)
nyeri (Sunda) luah (Bali, Bugis, Minangkabau, Sunda)
3.
Kosakata Bahasa Asing
Jika baik
dalam bahasa Indonesia maupun bahasa serumpun tidak ditemukan istilah yang
tepat, maka bahasa asing dapat dijadikan sumber peristilahan Indonesia. Istilah
baru dapat dibentuk dengan jalan menerjemahkan, menyerap, dan menyerap
sekaligus menerjemahkan istilah asing.Istilah baru dapat dibentuk dengan
menerjemahkan istilah asing.
Misalnya: samenwerking kerjasama
balanced budget anggaran berimbang
C. Aspek Tata Bahasa Dalam Peristilahan
1.
Penggunaan Kata Dasar
Istilah
dapat berbentuk kata dasar.
Misalnya: asam gaya rumput
sudut volt watt
Jika bentuk
dapat dipilih antara kata dasar dan kata turunan, bentuk kata dasarlah yang
diprioritaskan dengan syarat bahwa konsep dasarnya tidak berubah.
Misalnya: gulma lebih baik daripada tumbuhan pengganggu
harga jual lebih baik daripada harga penjualan
2.
Proses Pengulangan
Istilah
yang mengungkapkan konsep keanekaan, kemiripan, kumpulan, pengaburan, atau
perampatan (generalisasi) dapat dibentuk dengan reduplikasi.
Misalnya: baris baris-berbaris
daun dedaunan
jari jejari
kacang kacang-kacangan
3.
Proses Penggabungan
Istilah yang berupa gabungan
kata sedapat-dapatnya berbentuk singkat mengikuti contoh meja tulis, kerja
sama, sekolah menengah.
Misalnya: angkat
besi balok
kotak (box girder)
daya angkut direktur
muda
D. Aspek Semantik Peristilahan
1.
Perangkat
Istilah Yang Bersistem
Dalam bidang
tertentu deret konsep yang berkaitan dinyatakan dengan
perangkat istilah yang strukturnya juga mencerminkan bentuk yang berkaitan
dengan konsisten.
Misalnya:
a. morpheme morfem
phoneme fonem
sememe semem
taxeme taksem
b.eigendomsrecht hak milik
kiesrecht hak pilih
stakingsrecht hak mogok
c.power daya
horse power daya kuda
2.
Sinonim dan Kesinoniman
Dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi
berlainan bentuk luarnya, disebut sinonim. Jika terdapat istilah yang sinonim,
maka perlu diadakan seleksi berdasarkan ketiga golongan istilah yang berikut.
a.
Istilah yang diutamakan, yakni istilah yang
pemakaiannya dianjurkan sebagai istilah baku.
Misalnya: gulma lebih baik daripada tumbuhan pengganggu
hutan bakau (mangrove forest) lebih baik daripada hutan payau
partikel (particle) lebih baik daripada bagian
kecil
b.
Istilah yang
diizinkan, yakni istilah yang diakui di samping istilah yang diutamakan.Misalnya:
Istilah yang
Diizinkan
|
Istilah
yang
Diutamakan
|
Istilah Asing
|
absorb akselerasi diameter
kekerapan nisbi temperatur
|
serap
percepatan garis tengah
frekuensi relatif
suhu
|
absorb
acceleration diameter
frequency relative temperature
|
c.
Istilah yang dijauhkan, yakni sinonim istilah yang menyalahi
asas penamaan dan pengistilahan.Oleh karena itu, perlu ditinggalkan.
Misalnya: zat
lemas harus diganti dengan nitrogen
saran
diri harus diganti dengau autosugesti
ilmu pisah harus diganti dengan ilmu kimia
ilmu pasti harus diganti dengan matematika.
3.
Homonim dan Kehomoniman
Homonim
ialah bentuk (istilah) yang sama ejaan atau lafalnya, tetapi yang mengungkapkan
makna yang berbeda karena berasal dari asal yang berlainan. Ada dua jenis
homonim, yaitu homograf dan homofon.
a. Homograf ialah bentuk istilah yang sama ejaannya, tetapi
mungkin lain lafalnya.
Misalnya: teras
(‘inti’) dengan teras
(‘bagian rumah’)
b. Homofon ialah bentuk sama lafalnya, tetapi berlainan ejaannya.
Misalnya: bank dengan bang
sanksi dengan sangsi
4.
Hiponim dan Kehiponiman
Hiponim ialah bentuk yang maknanya
terangkum oleh bentuk superordinatnya yang mempunyai makna yang lebih luas.Misalnya kata mawar, melati, cempaka
masing-masimg disebut hiponim terhadap kata bunga
yang menjadi superordinatnya.
Di dalam terjemahan, istilah
superordinat pada umumnya tidak disalin dengan salah satu hiponimnya, kecuali
jika dalam bahasa Indonesia tidak terdapat istilah superordinatnya. Kata poultry, misalnya, diterjemahkan dengan
unggas, dan tidak dengan ayam atau bebek.
Jika tidak ada pasangan istilah
superordinatnya dalam bahasa Indonesia, maka konteks situasi atau ikatan
kalimat suatu superordinat asing akan menentukan hiponim Indonesia mana yang
harus dipilih. Kata rice, misalnya,
dapat diterjemahkan dengan padi, gabah, beras, atau nasi,
bergantung pada konteksnya.
5.
Kepoliseman
Kepoliseman ialah gejala keanekaan makna yang dimiliki oleh bentuk
(istilah).Kepoliseman itu timbul karena pergeseran oleh makna atau tafsiran
yang berbeda. Misalnya, kepala (jawatan), kepala (orang), kepala (sarung).
Bentuk asing yang sifatnya polisem harus diterjemahkan sesuai dengan
arti dalam konteksnya. Karena medan makna yang berbeda, suatu kata asing tidak
selalu berpadanan dengan kata Indonesia yang sama.
Misalnya:
a.(cushion) head topi (tiang-pancang)
head (gate) (pintu air) atas
(nuclear) head hulu (nuklir)
(velocity) head tinggi (tenaga kecepatan)
b.(detonating) fuse sumbu (ledak)
fuse sekering
to fuse melebur, berpadu
E.
Istilah Singkatan dan Lambang
1.
Istilah Singkatan
Istilah
singkatan ialah bentuk istilah yang tulisannya dipendekkan menurut tiga cara
yang berikut :
a.
Istilah yang
bentuk tulisannya terdiri atas satu huruf atau lebih, tetapi yang bentuk
lisannya sesuai dengan bentuk istilah lengkapnya.
Misalnya: cm yang
dilisankan sentimeter
L yang
dilisankan liter
sin yang
dilisankan sinus
b.
Istilah yang
bentuk tulisannya terdiri atas satu huruf atau lebih yang lazim dilisankan
huruf demi huruf.
Misalnya: KVA (kilo-volt-ampere) yang dilisankan k-v-a
TL (tube luminescent) yang
dilisankan t-l
c.
Istilah yang
dibentuk dengan menanggalkan sebagian unsurnya.
Misalnya: ekspres (yang
berasal dari kereta api ekspres)
harian (yang
berasal dari surat kabar harian)
2.
Istilah Akronim
Istilah akronim ialah singkatan yang berupa gabungan
huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan kombinasi huruf dan suku kata
dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
Misalnya: Laser
(light amplification by stimulated
emission of radiation) Radar (radio detecting and
ranging)
3.
Huruf Lambang
Huruf Iambang
ialah satu huruf atau lebih yang
melambangkan konsep dasar ilmiah seperti
kuantitas, satuan, dan unsur. Huruf lambang tidak diberi titik di belakangnya.
Misalnya: F gaya
Misalnya: F gaya
Hg air raksa (kimia)
4.
Gambar Lambang
Gambar lambang ialah gambar
atau tanda lain yang melambangkan konsep ilmiah menurut konvensi bidang ilmu
yang bersangkutan.
Misalnya:
≡ identik (matematika)
∑ jumlah beruntun (matematika)
~ setara (matematika)
5.
Satuan Dasar Sistem Internasional
(SI)
Satuan
dasar Système Internasional d'Unités
yang diperjanjikan secara internasional dinyatakan dengan huruf lambang.Misalnya:
Besaran Dasar Lambang Satuan dasar
arus
listrik A ampera
massa kg kilogram
panjang m meter
6.
Kelipatan dan Fraksi Satuan Dasar
Untuk
menyatakan kelipatan dan fraksi satuan dasar atau turunan digunakan nama dan
lambang bentuk terikat berikut.
Faktor Lambang Bentuk
Terikat Misal
1012 T tera- terahertz
106 M mega- megaton
103 k kilo- kiloliter
7.
Sistem Bilangan Besar
Sistem
bilangan besar di alas satu juta yang dianjurkan adalah sebagai berikut.
109 biliun jumlah
nol 9
1012 triliun jumlah
nol 12
8.
Tanda Desimal
Sistem
satuan Internasional menentukan bahwa tanda desimal dapat dinyatakan dengan
koma atau titik.Misalnya: 3,0 atau 3.52
F.
EJAAN DALAM PERISTILAHAN
1.
Ejaan Fonemik
Penulisan
istilah pada umumnya berdasarkan ejaan fonemik artinya, hanya satuan bunyi yang
berfungsi dalam bahasa Indonesia yang dilambangkan dengan huruf.
Misalnya: standar
bukan standard teks
bukan text
2.
Ejaan Etimologi
Untuk menegaskan makna yang
berbeda, istilah yang homonim dengan kata lain dapat ditulis dengan
mempertimbangkan etimologinya, yakni sejarahnya sehingga bentuknya berlainan
walaupun lafalnya mungkin sama.
Misalnya: bank
dengan bang sanksi
dengan sangsi
3.
Transliterasi
Pengejaan istilah dapat juga dilakukan
menurut aturan transliterasi, yakni penggantian huruf demi huruf dari abjad
yang satu ke abjad yang lain, lepas dari bunyi lafal yang sebenarnya. Hal itu,
misalnya, diterapkan menurut anjuran International Organization for
Standardization (ISO) pada huruf Arab (rekomendasi ISO-R 233), Yunani
(rekomendasi ISO-R 315), Kiril (Rusia) (rekomendasi ISO-R 9) yang dialihkan ke
huruf Latin.
Misalnya: yaum
ul-adha (hari
kurban)
Suksma (sukma)
4.
Ejaan Nama Diri
Ejaan nama diri termasuk merek dagang
yang di dalam bahasa aslinya ditulis
dengan
huruf Latin dan tidak
diubah.
Misalnya
: Baekelund Cannizaro
Aquadag Daeron
5.
Penyesuaian Ejaan
Dalam perkembangannya,bahasa Indonesia menyerap unsur berbagai bahasa
lain, baik dari bahasa daerah maupun bahasa asing, seperti Sanskerta, Arab,
Portugis, Belanda, dan Inggris.Berdasarkan taraf integrasinya unsur serapan
dalam bahasa Indonesia dapat di bagi atas tiga golongan besar.
Pertama, unsur-unsur yang sudah lama terserap ke dalam bahasa Indonesia
yang tidak perlu lagi di ubah ejaannya.Misalnya:sirsak, iklan, otonomi, dongkrak, pikir, paham, aki.
Kedua, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap kedalam bahasa
Indonesia, seperti shuttle, cook,
realestate.Unsur-unsur ini di pakai di dalam konteks bahasa Indonesia,
tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing.
Ketiga, unsur yang pengucapannya dan penulisannya di sesuaikan dengan
kaidah bahasa Indonesia.Dalam hal ini diusahakan agar ejaan bahasa asing hanya
diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan
bentuk aslinya.
6.
Penyesuaian Huruf Gugus Konsonan Asing
Huruf gugus konsonan pada
istilah asing yang tidak diterjemahkan dan diterima ke dalam bahasa Indonesia,
sedapat-dapatnya dipertahankan bentuk visualnya.
a. Huruf gugus konsonan
di awal atau di tengah
b. Huruf gugus
konsonan akhir
c. Huruf gugus
konsonan akhir yang memperoleh a
7.
Penyesuaian
Imbuhan Asing
a. Penyesuaian Akhiran
Di
samping pegangan untuk penyesuaian huruf istilah asing tersebut diatas, berikut
ini didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa
Indonesia.Akhiran itu diserap sebagai bagian kata yang utuh.Kata seperti standardisasi, implementasi, dan objektif diserap secara utuh disamping
kata standar, implemen, dan objek.
b. Penyesuaian
Awalan
Awalan
asing yang bersumber dari bahasa Indo-Eropa dapat dipertimbangkan pemakaiannya
di dalam peristilahan Indonesia setelah disesuaikan ejaannya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Perubahan tatanan kehidupan dunia yang baru dengan
adanya globalisasi telah mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat.Seluruh
sendi kehidupan masyarakat mengalami perubahan terutama mengarah pada persiapan
memasuki tatanan baru tersebut.Penggunaan bahasa asing terutama bahasa Inggris
memasuki berbagai sendi kehidupan terutama dalam perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.Perubahan itu mewarnai perkembangan kosakata atau istilah bahasa
Indonesia.
Kosakata atau istilah bahasa asing masuk ke dalam
bahasa Indonesia bersama masuknya ilmu pengetahuan dan teknologi bahkan
kebudayaan ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia.Berbagai perubahan itu perlu
ditampung dalam proses pengalihan kosakata, khususnya istilah bahasa asing ke dalam
bahasa Indonesia.Untuk itu dengan adanya Pedoman
Umum Pembentukan Istilah itu sendiri akan menampung berbagai perubahan
tersebut kearah yang lebih baik.
Dan dengan adanya Pedoman Umum Pembentukan Istilah ini diharapkan agar dapat
mempercepat laju perkembangan istilah bahasa Indonesia karena masyarakat dapat
menciptakan istilah sendiri berdasarkan tata cara pembentukan istilah yang
digunakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar